15 Nov 2014

Ilmu Hubungan Internasional: Tersesat di Jalan yang Benar ?


Ketika pertama kali ditanyai “mau ngambil jurusan apa kuliah nanti ?” jusru saya bingung menjawabnya. Sebab, berbeda dengan sistem pendidikan berjenjang hingga SMA yang setiap siswa sudah disediakan tingkatan, penjurusan, kelas, ujian, dan kelulusan, di bangku perkuliahan nanti mahasiswa dituntut aktif mencari informasi dan menggali potensi diri.

Diwaktu senggang Ayah pernah bercerita bahwa dulu ia pernah ingin mendaftar diri di jurusan Ilmu Hubungan Internasional namun situasi dan kondisi saat itu belum memungkinkan untuknya menempuh apa yang diharapkan. Tanpa pikir panjang saya pun langsung memilih prodi yang telah disebutkan.

bumi yang seolah semakin mengecil

Saat ini saya sudah di semester 5 jurusan Ilmu HI Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. Saya akan berbagi cerita mengenai studi hubungan Internasional.

Pertama,

Kuliah awal Mahasiswa Baru sering dijejali pertanyaan oleh dosen “Kenapa memilih masuk UMY? Kenapa pilih ilmu hubungan internasional ?” dan langsung saja ia menyindir “pasti karena tidak lolos SNMPTN, pasti gagal masuk jurusan ekstakta.” Dan terus bercerita hingga “kalian sesungguhnya telah tersesat dijalan yang benar!”

Mengapa demikian ?

Tanpa perlu kita sadari bahwa ketika kita bangun benda pertama yang kita sentuh adalah handphone, lalu kita mandi, berpakaian, beraktifitas, dan kembali ke tempat tidur kembali. Dan tahukah kalian kalau handphone, peralatan mandi, pakaian, transportasi, dan sebagainya adalah produk-produk yang diciptakan bukan hanya oleh Indonesia melainkan mancanegara. Itulah makna Hubungan Internasional dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua,

Tuntutan globalisasi (keluar-masuknya produk lintas-batas negara) memaksa manusia untuk berpengetahuan dan berwawasan global agar tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa lain. Ilmu hubungan Internasional bukan merupakan jawaban (response) terhadap fenomena yang sedang terjadi namun merupakan kiat (art) dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial yang terus berjalan.

Kita tidak harus melulu apologetik (apa yang kita yakini pasti benar dan sesuai untuk orang lain) dan kita sebagai manusia memerlukan interaksi untuk saling memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Setelah mendapat gambaran awal, lalu apa itu ilmu HI ?

Obrolan ringan,
Pagi itu dibuka dengan pertanyaan beruntun, “kuliah dimana mas? Ambil apa? Semester berapa?” jawaban saya pun secara kontekstual hingga ia menimpali “berarti bahasa asingnya jago dong?” kemudian saya hanya diam dan jawaban didalam hati saya rasa cukup, “kalo jago mah anak sastra, anak HI standar aja grammar, reading, listening asal sudah menyentuh toefl >450 sudah dianggap HIer.”

Agak serius,
di psikologi kalian diajarkan mengenai sinkronisasi antara jiwa dan raga seseorang dan kami di HI pun diajarkan mengenai model aktor rasional, yaitu “politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional (individu) ... yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan.”1 malahan ditambah pula ilmu sosiologi, bahkan negara, hingga sistem internasional. Betapa kompleksnya ilmu HI bukan ?

Di lain itu, mahasiswa geografi menggambarkan dan menjelaskan mengenai bumi, sementara kami mengenal geopolitik dan geostrategis yang dikenal didalam politik luar negeri sebagai lingkaran konsentris, yaitu “suatu konsep yang menjelaskan ruang lingkup dimana politik luar negeri Indonesia diimplementasikan, berpengaruh, dan mempengaruhi.”2

Teman saya ilmu ekonomi menjelaskan bahwa ekonomi adalah upaya manusia mencukupi kebutuhan yang relatif tak terbatas  dengan alat pemuas kebutuhan yang sebaliknya. Kami pun berpikir sejenak hingga menemukan kalimat yang tepat bahwa ekonomi politik internasional adalah “hubungan antara politik dan ekonomi, antara negara dan pasar, merupakan pokok masalah ekonomi politik internasional.”3

Masih menyangkut ilmu sejarah bahwa HI dimulai pada “Yunani kuno (500SM-100SM), yang kemudian dikenal sebagai Hellas.”4

 Perang pada masa Yunani Kuno

Dan tentu ilmu politik yang menjadi fondasi bagi ilmu hubungan internasional, “politik sebagaimana politik pada umumnya adalah perjuangan memperoleh kekuasaan”5 atau “politik adalah siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana?”6

Sampai disini cukup jelas bahwa ilmu HI walaupun tidak mendalami suatu ilmu secara mendalam namun cukup untuk mencakup semua (catch all) cabang ilmu sosial.

Universitas

Saya kuliah di institusi swasta setelah mencoba sana-sana tapi apa daya. Namun dari sini saya sadar bahwa ternyata enak ya kuliah di swasta, pertama tidak ada beban moral terhadap rakyat dan negara karena subsidi diberikan oleh orangtua; kedua universitas seperti Oxford, Harvard, al Azhar dan sebagainya (insya Allah UMY) adalah universitas-universitas swasta yang rating dan reputasinya diatas universitas negeri. Jadi ngga usah minder bakal dicemooh teman-teman malahan kita bangga tanpa membebani keringat rakyat dan yang namanya ilmu sama saja yang penting itu kejujuran.

Agama dalam Hubungan Internasional

UMY memiliki motto “Unggul & Islami” yang menitipkan pesan sakral antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama harus senantiasa berdampingan. Lalu apa makna agama dalam ilmu HI ?

Agama saya islam (insya Allah truly islamic not islamic in name only) dan agama anda pasti agama dan keyakinan yang tertera dalam UUD 1945. Katolik, Kristen, dan Islam yang sebagian besar masyarakat Indonesia anut merupakan diplomasi Yosua-Muhammad yang berasal dari satu keturunan yang sama, Ibrahim (Babilonia atau Irak). Agama ini (ditambah Yahudi) dikenal sebagai agama samawi (berasal dari langit atau wahyu); monoteis; atau agama Barat (Israel-Arab Saudi).

Sementara Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu merupakan agama dan keyakinan ardi (berasal dari bumi atau budaya); atau agama Timur (India-Tiongkok).

 Persebaran agama di dunia

Sehingga agama yang kita anut pun merupakan produk asing yang diterapkan dan sesuai dengan budaya dan kearifan lokal nusantara.

Kesimpulan

Pendek kata, Ilmu hubungan internasional adalah interaksi antara negara dengan negara, negara dengan kelompok bukan negara (perusahaan, LSM, dsb), negara dengan individu, kelompok bukan negara dengan kelompok bukan negara, individu dengan individu yang melintasi garis batas wilayah suatu negara yang mencakup hubungan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya yang dituntun oleh ketentuan waktu dan persyaratan yang telah disepakati.


Catatan:
1. Mas’oed, Mohtar. (1990). Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3S.
2. Wirasenjaya, Ade M. (2013). Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Orde Baru (2) [slide powerpoint]. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Jackson, Robert dan Sorensen, Georg. (2009). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4. Ibid
5. Morgenthau, H. J. (1960). Politics among Nations: The Struggle for Power and Peace, 3rd edn. New York: Knopf.
6. Laswell, Harold D. (1972). Politics: Who gets What, When, How. New York: Meridian Books, Inc.
7. gambar atas perkenan google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar