10 Sep 2014

Perempuan di Masa Itu



Bercerita sedikit tentang perempuan-perempuan dimasa yang telah dilewati maupun dimasa yang akan datang, itulah sebabnya bagian akhir judul menggunakan kata “itu” bukan “ini” =D.

Segala puji bagi Allah atas karunia-Nya, Khalaqa al insaanu fii ahsani taqwiim [Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya]. Sehingga dengan mudah entah saya atau perempuan-perempuan yang saling menarik hati satu sama lainnya.

Benar apa kata bapak bangsa, Soekarno, dalam esai-nya bertajuk Laki-laki dan Perempuan (1963) bahwa “segala barang, segala hal! Jadi bukan saja manusia berpasang-pasangan, bukan saja kita ada lelakinya dan ada wanitanya. Bintang ada jantannya, bunga-bunga pun ada lelakinya ada perempuannya...segala kedudukan ada tese [tesis] ada antitesenya.”


Begitu pun saya yang juga membutuhkan dan dibutuhkan pasangan saya. Mengesampingkan tokoh-tokoh besar seperti Yehosua, Izaac Newton, Gandhi, pejabat tinggi Holy See, maupun pemimpin spiritual di Dataran Tinggi Tibet yang merelakan hidupnya hanya seorang diri, saya sebagai pengikut way of life utusan Tuhan, Muhammad, peduli akan pasangan hidup saya nantinya, Godwill.

Sejarah pun mencatat kalau tiga kali secara intens saya pernah mengejar Apa itu Cinta tapi kemudian Yang Aku Tahu baru Nafsu. Seperti telah disinggung di tulisan yang lalu, mulai dari approaching [pedekate], chatting, present gift, sampai main kerumahnya sudah saya lakukan. Tapi perlu dicatat kalau semuanya tanpa terikat hubungan apapun hanya sekedar teman yang lebih dekat dari teman-teman lainnya.

Sebaliknya, mulai dari puji-puji, surat-surat bernada romantis, kado-kado, makanan, masakan, dan sebagainya telah saya terima dari kaum Hawa dimulai sejak SD sampai mahasiswa. Senang? Bangga? Besar kepala? Justru tidak! Sebabnya, boleh juga melihat CV saya yang ternyata dari ketiga perempuan yang saya dekati kesemuanya dengan biaya subsidi hasil olah otak saya, lewat uang saku tambahan beasiswa.


Bagaimana dengan mereka? Apakah uang hasil olah diri seperti saya atau masih menengadahkan tangan sumbangan dari orangtua. Astagfirullah. Itulah sebabnya sadar atau tidak ketika mereka membelikan kado untuk saya kemudian saya berikan kembali kado yang semoga saja setimpal, begitu juga makanan yang diberikan kepada saya kemudian saya berikan saja ke teman-teman lain tanpa perlu saya cicipi.



Prinsip Hidup:

Saya lebih rela kalian para perempuan berhubungan dengan Ayah saya, ketika saya mendekati kalian dengan uang bukan dari hasil jerih payah saya sendiri. Dan begitupun sebaliknya kalian.

Uang jajan yang diberikan orangtua saya khusus untuk saya, uang jajan kalian yang diberikan orangtua kalian khusus untuk kalian. Bukan untuk saling subsidi silang!

Ibu saya menjadi bayangan ketika saya mendekati perempuan, begitu baiknya memperlakukan saya sehingga saya pun mencoba demikian. Sempat kaget mendengar cerita kawan-kawan dengan perempuan-perempuannya, seperti tentara Nihon menjadikan perempuan-perempuan Tionghoa atau bangsa pribumi sebagai budak seks ketika masa penjajahan. Dipegang-pegang, diremeh-remeh, bersisa-bekas belaian, tangan, ciuman, dan *sensor.

Bukan bermaksud agar dicap sebagai munafik, terlintas terpikir juga saya ingin seperti itu. Teman saya yang kepergok bercumbu ditengah hari ber-IP kan 2,93, boleh sombong, apalagi saya dengan IP yang persis dibaca dari kanan, betapa mudahnya merayu naughty girls. Ditambah dua sertifikasi catur plus satu piala beregu catur se-Kabupaten Bekasi menjadi kartu truff agar mensiasati strategi bercumbu tanpa perlu diketahui. Tapi ketokohan Ibu saya terus membayangi. Dimana juga saya memiliki adik perempuan yang tidak mau kemudian menjadi tumbal pria-pria berhidung belang. Jadi, selama abangnya bukan terong-terongan tanpa perlu diberikan penerangan, insya Allah, adiknya bukan cabe-cabean.


Kembali ke topik, di umur yang sudah menginjak kepala dua, mulai terpikir tentang teman hidup yang akan setia sepanjang hayyat. Belajar dari kawan-kawan juga bahwa mereka yang terlalu lama berpacaran berakhir di-overtaking laki-laki lain tepat di tikungan terakhir, pernikahan. Betapa sia-sia rayu-padunya, daya-usaha-nya, dana-banda-nya, karena ada pejantan lain yang sudah siap secara lahir-batin menemani hidup si perempuan tersebut. Malangnya kawan saya =(



Dimasa mudanya, Sulaiman [putra Daud], pernah diberi penawaran: 1. Harta yang tiada tandingannya dimasa-masa kemudian? 2. Tahta yang kekuasaannya meliputi bagian Timur hingga ke Barat, Selatan dan Utara? 3. Wanita yang kecantikannya tiada tara ditandingi wanita-wanita lainnya? Kemudian Sulaiman berkata, “yang aku perlukan hanyalah ilmu pengetahuan.” Dan apa yang terjadi, kemudian dimasa dewasa ia adalah pewaris raja sekaligus nabi, Daud [former Jehosua], satu diantara tiga pembesar Yahudi sepanjang masa Saul-David-Solomon, dan sebagian besar orang berilmu percaya bahwa ia memiliki 700 istri dan 300 selir! Luar biasa.

Saya pribadi seperti telah disebutkan, Muhammad’s way of life follower [Godwill]. Ia menikah di usia sekitar 25, dari pernikahannya mempunyai seorang putri, dan setelah istrinya wafat ia memang memiliki lebih dari satu istri [poligami] tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang melahirkan anak.

Cerita menarik adalah di tahun 2008 saat Ibu mengajak Ayah menonton Ayat-ayat Cinta, saya akhirnya menemani Ibu dan adik menonton sebab Ayah menonton Rambo IV di studio lain. Pelajaran yang diambil, karakter Fachri Abdullah kuat sekali dengan tanpa menunjukkan harta-nya ia berhasil memikat para wanita dengan modal ilmu pengetahuannya, seperti halnya Sulaiman. Mereka bukan wanita-wanita biasa, mereka semua wanita-wanita idaman laki-laki yang rindu akan tauladan Asia, Miriam, hingga Fatimah.




Semoga saja saya bisa tetap menjaga diri hingga pada masa ketika sebagian orang tersenyum bahagia dan sebagian orang lainnya menyesal menghabiskan masa muda mereka mengotori diri satu sama lain, O Allah accepts my prayer.

*pictures courtesy of google and facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar