20 Mei 2014

Negeri ku



Di suatu pagi pada suatu hari aku terbangun dari tidur malam mimpi panjang kehidupan. Sama seperti di hari-hari selainnya, aku kembali telat salat subuh. Tetapi teman, aku masih tetap mendirikannya.

Langit di pagi itu


Di pagi yang menjelang siang itu, aku mandi dan bersiap-siap melanjutkan rutinitasku hari-hari seperti biasanya. Ceritaku tentang orang-orang disekitar yang turut ambil bagian di dalam negeri ku.

Ini tentang negeri ku teman, negeri yang menjadi dambaan setiap orang, negeri dimana kemarau dan hujan saling bergantian menerangi dan meneduhkan sanubari tiap-tiap insan.

Aku memulai dengan kawanku,

Seorang Ayah yang berprofesi sebagai buruh bagi bangsa lain tidak henti-henti membanting tulang demi keluarganya, khususnya anaknya, agar kehidupannya kelak menjadi lebih baik dibandingkan dirinya. Begitu pun sang Ibu yang menjadi ibu rumah tangga yang terkadang menjadi pembantu rumah tangga keluarga orang lain sebangsa yang membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Ayah sebagai buruh pabrik


Tapi tunggu dulu teman, ini tentang negeri ku

Negeri dimana orangtua membanting tulang memeras keringat demi kesejahteraan anaknya kelak, menjadi negeri yang karut marut seolah neraka di tengah surga dunia. Anaknya yang diharapkan menjadi generasi penerus bangsa malah harus tidak hadir di bangku pendidikan, lebih memilih berkumpul bersama kawan-kawan lain dan berbincang-bincang. Anak yang didambakan menjadi pemimpin bangsa menjadi pemandu tawuran antar sekolah, dimana ayah-ibu –nya berkelahi dengan pekerjaan demi kecerdasaan anak-anaknya.

Tawuran antar pelajar


Kemudian teman,

Menteri Pendidikan pun bingung bukan kepalang, pendidikan mahal orangtua menjerit sedangkan pendidikan murah murid-murid berseliweran ke pusat-pusat permainan dan hiburan.

Lambang pendidikan di Indonesia


Tentang masyarakat ku,

Aku hidup ditengah-tengah masyarakat mayoritas yang ber-KTP kan islam, disusul ber-identitas Nasrani, Hindu, dan Buddha. Masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi antar suku, agama, ras, dan antar-golongan memberikan warna tersendiri bagi negeri ku. Aku melihat hanya di negeri ini masjid-gereja berdampingan, aku merasa hanya negeri itu yang mampu mendampingkan candi hindu dengan candi buddha dalam satu jalan.

Istiqlal - Katedral


Tetapi teman,

Di negeri ku itulah oknum-oknum menyebar luas mengatasnamakan kawan, keluarga, agama, bahkan klub sepakbola. Beberapa dari mereka bersikap fanatik dan bersifat agresif mempertahankan keyakinannya dan memaksakan keyakinan orang lain agar sejalan dengan-nya.

Ilustrasi bentrok antar ormas


Dan kemudian,

Menteri Agama dibuat guncang karena-nya, negara berasaskan pancasila yang meresmikan agama islam, nasrani, hindu, dan buddha dalam satu negara dengan Ketuhanan Yang Maha Esa-nya menjadi bahan pembenaran tiap-tiap pelaku membuktikan Tuhan-nya lah yang hanya satu.

Logo Depag


Tentang bangsa ku,

Di antara dua benua dan dua samudera teman, negara ku itu berada. Sebuah negara dengan lebih dari tujuh ratus bangsa dan bahasa yang menjadi satu kesatuan. Satu sama lain suku-bangsa ku itu saling tenggang rasa dan tepa salira.

Reog Ponorogo


Tetapi teman,

Bangsa ku adalah bangsa yang disegani budaya dan karakter-nya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Banyak turis mancanegara singgah di negeri ku namun menunda kepulangannya karena keramah tamahan dan sikap terbuka-nya. Tetapi teman, bangsa ku belum sepenuhnya menjadi sebuah bangsa yang diidam-idamkan. Justru bangsa ku itu bangga berperilaku dan bermolek khas bangsa-bangsa asing. “Bangsa yang menjadi bangsa budak dan budak bangsa-bangsa lain”, Begitu kata Bapak Bangsa ku.

Penonton bayaran di salah satu acara musik


Sehingga,

Menteri Luar Negeri dibuat geleng-geleng kepala. Dalam forum Internasional (antar-bangsa) menteri itu memperkenalkan kekayaan intelektual bangsa, tetapi di kehidupan sehari-hari bangsa-nya mempraktikkan kekayaan intelektual bangsa-bangsa lain.

Logo Kemenlu


Sore ini pun menjelang senja. setelah melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya; aku kembali pulang ke rumah. Hari itu aku tutup dengan senyum merekah.

Langit senja


                Begitulah teman, tentang kawan, masyarakat, dan bangsa di negeri ku.
Termasuk aku didalamnya yang turut ambil bagian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar