Ketika
pertama kali ditanyai “mau ngambil jurusan apa kuliah nanti ?” jusru saya
bingung menjawabnya. Sebab, berbeda dengan sistem pendidikan berjenjang hingga
SMA yang setiap siswa sudah disediakan tingkatan, penjurusan, kelas, ujian, dan
kelulusan, di bangku perkuliahan nanti mahasiswa dituntut aktif mencari
informasi dan menggali potensi diri.
Diwaktu
senggang Ayah pernah bercerita bahwa dulu ia pernah ingin mendaftar diri di
jurusan Ilmu Hubungan Internasional namun
situasi dan kondisi saat itu belum memungkinkan untuknya menempuh apa yang
diharapkan. Tanpa pikir panjang saya pun langsung memilih prodi yang telah
disebutkan.
bumi yang seolah semakin mengecil
Saat
ini saya sudah di semester 5 jurusan Ilmu HI Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.
Saya akan berbagi cerita mengenai studi hubungan Internasional.
Pertama,
Kuliah
awal Mahasiswa Baru sering dijejali pertanyaan oleh dosen “Kenapa memilih masuk
UMY? Kenapa pilih ilmu hubungan internasional ?” dan langsung saja ia menyindir
“pasti karena tidak lolos SNMPTN, pasti gagal masuk jurusan ekstakta.” Dan
terus bercerita hingga “kalian sesungguhnya telah tersesat dijalan yang benar!”
Mengapa demikian ?
Tanpa
perlu kita sadari bahwa ketika kita bangun benda pertama yang kita sentuh adalah
handphone, lalu kita mandi, berpakaian, beraktifitas, dan kembali ke tempat
tidur kembali. Dan tahukah kalian kalau handphone, peralatan mandi, pakaian,
transportasi, dan sebagainya adalah produk-produk yang diciptakan bukan hanya
oleh Indonesia melainkan mancanegara. Itulah makna Hubungan Internasional dalam
kehidupan sehari-hari.
Kedua,
Tuntutan
globalisasi (keluar-masuknya produk lintas-batas negara) memaksa manusia untuk
berpengetahuan dan berwawasan global agar tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa
lain. Ilmu hubungan Internasional bukan merupakan jawaban (response) terhadap
fenomena yang sedang terjadi namun merupakan kiat (art) dalam menyesuaikan diri
dengan perkembangan sosial yang terus berjalan.
Kita
tidak harus melulu apologetik (apa
yang kita yakini pasti benar dan sesuai untuk orang lain) dan kita sebagai
manusia memerlukan interaksi untuk saling memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Setelah mendapat gambaran awal, lalu
apa itu ilmu HI ?
Obrolan
ringan,
Pagi
itu dibuka dengan pertanyaan beruntun, “kuliah dimana mas? Ambil apa? Semester
berapa?” jawaban saya pun secara kontekstual hingga ia menimpali “berarti
bahasa asingnya jago dong?” kemudian saya hanya diam dan jawaban didalam hati
saya rasa cukup, “kalo jago mah anak sastra, anak HI standar aja grammar,
reading, listening asal sudah menyentuh toefl >450 sudah dianggap HIer.”
Agak
serius,
di
psikologi kalian diajarkan mengenai sinkronisasi antara jiwa dan raga seseorang
dan kami di HI pun diajarkan mengenai model aktor rasional, yaitu “politik luar
negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional
(individu) ... yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan.”1
malahan ditambah pula ilmu sosiologi, bahkan negara, hingga sistem
internasional. Betapa kompleksnya ilmu HI bukan ?
Di
lain itu, mahasiswa geografi menggambarkan dan menjelaskan mengenai bumi,
sementara kami mengenal geopolitik
dan geostrategis yang dikenal didalam
politik luar negeri sebagai lingkaran konsentris, yaitu “suatu konsep yang
menjelaskan ruang lingkup dimana politik luar negeri Indonesia
diimplementasikan, berpengaruh, dan mempengaruhi.”2
Teman
saya ilmu ekonomi menjelaskan bahwa ekonomi adalah upaya manusia mencukupi
kebutuhan yang relatif tak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang sebaliknya. Kami pun berpikir sejenak
hingga menemukan kalimat yang tepat bahwa ekonomi politik internasional adalah
“hubungan antara politik dan ekonomi, antara negara dan pasar, merupakan pokok
masalah ekonomi politik internasional.”3
Masih
menyangkut ilmu sejarah bahwa HI dimulai pada “Yunani kuno (500SM-100SM), yang
kemudian dikenal sebagai Hellas.”4
Perang pada masa Yunani Kuno
Dan
tentu ilmu politik yang menjadi fondasi bagi ilmu hubungan internasional,
“politik sebagaimana politik pada umumnya adalah perjuangan memperoleh kekuasaan”5
atau “politik adalah siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana?”6
Sampai
disini cukup jelas bahwa ilmu HI walaupun tidak mendalami suatu ilmu secara
mendalam namun cukup untuk mencakup semua (catch all) cabang ilmu sosial.
Universitas
Saya
kuliah di institusi swasta setelah mencoba sana-sana tapi apa daya. Namun dari
sini saya sadar bahwa ternyata enak ya kuliah di swasta, pertama tidak ada
beban moral terhadap rakyat dan negara karena subsidi diberikan oleh orangtua;
kedua universitas seperti Oxford, Harvard, al Azhar dan sebagainya (insya Allah
UMY) adalah universitas-universitas swasta yang rating dan reputasinya diatas
universitas negeri. Jadi ngga usah minder bakal dicemooh teman-teman malahan
kita bangga tanpa membebani keringat rakyat dan yang namanya ilmu sama saja
yang penting itu kejujuran.
Agama
dalam Hubungan Internasional
UMY
memiliki motto “Unggul & Islami” yang menitipkan pesan sakral antara ilmu
pengetahuan dan ilmu agama harus senantiasa berdampingan. Lalu apa makna agama
dalam ilmu HI ?
Agama
saya islam (insya Allah truly islamic not islamic in name only) dan agama anda
pasti agama dan keyakinan yang tertera dalam UUD 1945. Katolik, Kristen, dan
Islam yang sebagian besar masyarakat Indonesia anut merupakan diplomasi
Yosua-Muhammad yang berasal dari satu keturunan yang sama, Ibrahim (Babilonia
atau Irak). Agama ini (ditambah Yahudi) dikenal sebagai agama samawi (berasal
dari langit atau wahyu); monoteis; atau agama Barat (Israel-Arab Saudi).
Sementara
Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu merupakan agama dan keyakinan ardi (berasal dari
bumi atau budaya); atau agama Timur (India-Tiongkok).
Persebaran agama di dunia
Sehingga
agama yang kita anut pun merupakan produk asing yang diterapkan dan sesuai
dengan budaya dan kearifan lokal nusantara.
Kesimpulan
Pendek
kata, Ilmu hubungan internasional adalah interaksi antara negara dengan negara,
negara dengan kelompok bukan negara (perusahaan, LSM, dsb), negara dengan
individu, kelompok bukan negara dengan kelompok bukan negara, individu dengan
individu yang melintasi garis batas wilayah suatu negara yang mencakup hubungan
sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya yang dituntun oleh ketentuan waktu dan
persyaratan yang telah disepakati.
Catatan:
1.
Mas’oed, Mohtar. (1990). Ilmu Hubungan
Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3S.
2.
Wirasenjaya, Ade M. (2013). Politik Luar
Negeri Indonesia pada Masa Orde Baru (2) [slide powerpoint]. Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3.
Jackson, Robert dan Sorensen, Georg. (2009). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
4.
Ibid
5.
Morgenthau, H. J. (1960). Politics among
Nations: The Struggle for Power and Peace, 3rd edn. New York: Knopf.
6.
Laswell, Harold D. (1972). Politics: Who
gets What, When, How. New York: Meridian Books, Inc.
7. gambar atas perkenan google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar