Saya akan sedikit menjelaskan bagaimana? Dan bagaimana Indonesia ini! Indonesia terletak pada 6ºLU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT. Diapit dua benua, Asia dan Australia, juga diantara dua Samudera, Hindia dan Pasifik. Memiliki luas wilayah 1,904,569 km2 dan terdapat 17.504 pulau membentang sepanjang Ibu Pertiwi.
Bagaimana? Sungguh betapa dan betapa Indonesia! Demikianlah mereka menyebutnya ‘Tanah Surga’, ‘Atlantis yang Hilang’, ‘Nusantara’, ‘Zamrud Khatulistiwa’, dan lain sebagainya.
Sejak kapan ada Indonesia ? Diperkirakan penggunaan nama Indonesia (Indonesisch) adalah tahun 1917 untuk menggantikan nama Hindia (Indisch) oleh Prof. Cornelis Van Vollenvohen. Dan nama itu digunakan sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga sekarang.
Padahal sebelumnya tidak ada-lah Indonesia itu, hanya sebuah imajinasi, sebuah kebetulan, kebetulan seantero Nusantara dijajah satu bangsa, Belanda! Maka Jong Java, Jong Sumatra, Jong lain-lain, dengan Jakarta Raya, Sumatra Raya dan sebagainya, bersatu-padu melawan kompeni negeri kincir angin dan kebetulan juga berhasil bukan dikarenakan menang terhadap Belanda, namun mëënir tersebut sudah pulang kampung lebih dahulu diusir kompeni lain dari negeri Sakura. Dan kemerdekaan Republik Indonesia merupakan hadiah kekalahan Nippon dari pasukan Sekutu.
Akhirnya pada 17 Agustus 1945 bergema-lah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan dwitunggal (Soekarno-Hatta). Lalu apa tujuan tulisan ini ?
Sejak saat itulah maka Soekarno, Moh. Hatta, Sjahrir serta para pejuang kemerdekaan lainnya, mohon maaf tidak dimasukkan dalam tulisan ini, mendirikan sebuah bangsa bernama Indonesia. Sebuah bangsa dari hasil fusi 740 suku bangsa, sebuah bahasa dari jumlah 583 bahasa, dan dinamakan Indonesia.
Sungguh bagaimana betapa Indonesia! Namun wah-nya Indonesia apakah sebanding dengan wah-nya manusia yang menghuni didalamnya ?
Bukan! Bukan untuk menurunkan semangat persatuan apalagi memecah belah dan membuat kalian-kalian memikirkan pusing-pusing tulisan yang begitu tidak ilmiah ini. Namun semua ini berlandaskan pada pernyataan Bapak Bangsa yang tersebut di atas.
Pabotinggi, Mochtar. (2000). “2000: Tahun Indonesia Sia-sia”. Jakarta:
Kompas Edisi Khusus Tahun 2000, hlm. 94-96.
“Dan sedjarah akan menulis: ‘Di sana, di antara benua Asia dan benua Australia, diantara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia, hiduplah satu bangsa jang mula-mula mentjoba untuk hidup kembali sebagai Bangsa, namun achirnja kembali menjadi satu kuli antara bangsa-bangsa – kembali menjadi een natie van koelies en een koelie onden de naties’.”
Soekarno, ”Tahun Vivere Pericoloso,” 17 Agustus 1964
Hatta, Mohammad. (1998). Buku 1 Kebangsaan dan Kerakyatan.
Jakarta: PT Pustaka LP3ES
“HERBERT SPENCER, ahli filsafat terkenal pada
abad yang lalu mengatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya bersifat kuno.
Hatinya sering terikat oleh kebiasaan, perasaan berat kepada yang lama. Itulah
sebabnya maka orang tak mudah membuang yang lama dan menerima yang baru.
Demikian juga dalam pergaulan, orang sangat terikat kepada tempatnya yang lama,
bahkan tempat tumpah darahnya...Sifat itulah yang menjadi sendi perasaan
‘Provincialisme’, yang menjadi halangan kepada majunya cita-cita persatuan
bangsa.”
Metro Files. (Tanpa Keterangan). Bung Sjahrir. Dalam Youtube.
“Kenapa saya mencintai bangsa ini? Karena saya tahu bangsa ini selalu menderita. Jadi saya memihak orang-orang yang menderita. Karena saya tahu bangsa ini selalu menderita.” Kata Sjahrir dalam pengasingannya di Boven Digoel yang diucap ulang Fajroel Rachman.
Begitulah kata mereka, Pendiri Bangsa, mengenai bangsa-nya, bangsa Indonesia.
Tidak cukupkah perjuangan mereka, pengasingan
Soekarno di Bandung (1929-1931), Ende (1934-1938, Bengkulu (1938-1942), Padang
dan Bukittinggi (1942), Muntok (1949), pengasingan Mohammad Hatta di Jakarta
(1934), Boven Digoel (1935-1936), Banda Neira (1936-1942), Sukabumi (1942),
Muntok (1948-1949), pengasingan Sutan Sjahrir di Boven Digoel kemudian dibuang
lagi ke Banda Neira!
Tiga Bung: Bung Sjahrir, Bung Karno, dan Bung Hatta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar