courtesy of Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KOMAHI UMY)
“Seribu orang tua hanya bisa
bermimpi, tetapi seorang pemuda dapat mengubah dunia.”
Soekarno
Kata-kata menggelora dari bapak
Bangsa tersebut seolah membakar jiwa dan raga putra-putri Indonesia. Ir.
Soekarno pun tercatat sebagai kepala negara termuda di Republik Indonesia
ketika pertama kali memimpin negeri ini di usianya yang baru 44 tahun. Terbukti
bahwa kata-katanya tidak hanya sebuah omong kosong belaka dengan diwujudkan
melalui dirinya terlebih dahulu sebagai seorang pemuda yang berhasil memerdekakan
sebuah bangsa hasil fusi suku-bangsa di
semenanjung nusantara.
Lalu siapa pemuda itu ? Bagaimana
peran pemuda dalam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia ? Dan apa harapan
dan cita-cita pemuda Indonesia untuk negerinya dimasa mendatang ?
Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 tahun 2009 Tentang Kepemudaan didalam Bab 1 Pasal 1
disebutkan bahwa Pemuda adalah warga
negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan
yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.
Sejarah Kepemudaan di Indonesia di
awal abad ke-20
Abad
ke-20 dapat dikatakan sebagai fondasi awal mewujudkan cita-cita kemerdekaan
bangsa dari penjajahan asing selama ratusan tahun. Dr. Soetomo sebagai pelopor
gerakan kaum intelektual muda mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei
1908.
Berdirinya organisasi itu menjadi
inspirasi bagi pemuda-pemuda lainnya mendirikan organisasi serupa berbasis
nasionalis-agamis semisal Tri Koro Darmo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, Indische
Partij, Perhimpinan Indonesia, Partai Nasional Indonesia dan lain sebagainya.
Puncaknya, pada 28 Oktober 1928
Kongres Indonesia Muda II yang diketuai oleh Muhammad Yamin berhasil merumuskan
sumpah yang tiga dan putusan yang tiga
pula atau kita kenal sebagai sumpah
pemuda dan dinyanyikannya lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W. R. Soepratman untuk pertama kalinya.
Peran pemuda dalam kemerdekaan
negara Republik Indonesia
Detik-detik proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia, Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana yang memimpin golongan
muda terpaksa mengasingkan dua calon proklamator agar tidak dipengaruhi Jepang
yang berusaha mengulur-ulur kemerdekaan Indonesia.
Dini hari pada 17 Agustus 1945 di
kediaman Laksamana Muda Maeda, Ir. Soekarno-Dr. Mohammad Hatta memimpin
perumusan proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia yang kemudian
dibacakan atas nama bangsa Indonesia di kediaman bung Karno di Jl. Pegangsaan
Timur No. 56, jakarta pada pukul 10.00 WIB. Sejak hari itulah lahir sebuah
negara-bangsa Republik Indonesia.
Pemuda dalam tiga masa Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Masa Orde Lama
Keadaan politik dalam negeri yang
tak kunjung stabil ditambah kondisi perekonomian yang semakin runyam, Ir.
Soekarno terpaksa melaksanakan tugas kepresidenannya sendiri tanpa petunjuk UUD
dengan melaksanakan Demokrasi Terpimpin, membubarkan DPR, mengenalkan politik
Mercusuar hingga mengadakan Konferensi Asia-Afrika.
Hasilnya cukup tragis, yaitu dengan
pengunduran diri Dr. Mohammad Hatta selaku wakil presiden, mengucilkan Sutan
Sjahrir dan kawan-kawan seperjuangannya dahulu dari dunia perpolitikan, dan
mirisnya hingga memenjarakan tokoh-tokoh pemuda seperti Hamka, Takdir
Alisjahbana, dan kawan-kawannya yang menandatangani manifesto kebudayaan.
Di masa ini peran pemuda terkukung
oleh ke-otoritatian presiden Soekarno selaku kepala negara, kepala
pemerintahan, dan panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Masa Orde Baru
Tidak
banyak berbeda dengan masa sebelumnya, di masa the smiling general memimpin kegiatan pemuda dibatasi dan diawasi
oleh pusat dengan komando dari sang presiden. Sehingga partai politik sebagai
wadah aspirasi rakyat, khususnya pemuda, direduksi sampai tersisa tiga partai
saja.
Di masa orde baru ini pula
aktivis-aktivis kontra Soeharto dihabisi dan dihilangkan tanpa meninggalkan
jejak.
Masa Reformasi-Sekarang
Kebangkitan pemuda kembali hadir
akibat ketidakpuasan akan kediktatoran presiden Soeharto yang kurang lebih
berkuasa selama 32 tahun ditambah kasus pelanggaran HAM yang tidak terhitung
dan kondisi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sehingga
menjadikan perekonomian Indonesia terpuruk.
Amien Rais memimpin barisan pemuda
dan mahasiswa menggulingkan pemerintahan Soeharto yang ditandai dengan
pendudukan gedung DPR/MPR pada tanggal 18 Mei 1998. Hasilnya, tiga hari
berselang presiden kedua Republik Indonesia itu bersedia mengundurkan diri dari
jabatannya.
Sejak saat itu hingga hari ini yang
kita sama-sama rasakan adalah semakin terbukanya arus teknologi, informasi, dan
komunikasi yang memudahkan setiap penggunanya berinteraksi dan berserikat tanpa
perlu lagi taku diberendel pemerintah.
Dan untuk pertama kalinya di tahun
2004 pemilihan umum presiden dan wakil presiden berlangsung secara demokratis
yang melibatkan seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak suaranya.
Pemuda dan Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019
Melihat Data Komisi Pemilihan Umum (KPU)
baru-baru ini, jumlah pemilih pemula Pemilu 2014 yang
berusia 17 sampai 20 tahun sekitar 14 juta orang. Sedangkan yang berusia 20
sampai 30 tahun sekitar 45,6 juta jiwa. Itu artinya bahwa pemilih pemuda
mencapai angka 40 persen dari total pemilih keseluruhan.
Dapat dibayangkan bagaimana peran
sentral pemilih pemula dalam berjalannya demokrasi di Indonesia atau malah
sebagai kegagalan demokrasi akibat tak acuhnya golongan pemula menggunakan hak
suaranya.
Setelah berhasil melewati pemilihan
calon legislatif yang lalu dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai
pemenang diikuti Partai Golongan Karya dan Partai Gerakan Indonesia Raya. Dan
calon presiden dan calon wakil presiden mengerucut menjadi hanya dua pasangan.
Prabowo-Hatta mendapat nomor undian nomor
satu sementara Jokowi-Jusuf Kalla mengikuti
setelahnya. Dari sini muncul sebuah tantangan bagi pemilih pemula, yaitu siapa
yang harus dipilih dan apa konsekuensinya bagi mereka dan masa depan pemuda di
Indonesia.
Pemilih pemula yang belum
berpengalaman berpolitik harus pintar-pintar memaksimalkan arus media informasi
untuk mendapatkan bagaimana rekam jejak dua pasang calon pemimpin negara, yaitu
dengan memilih berita-berita yang memuat informasi berimbang tanpa menyudutkan
salah satu pasangan lainnya.
Dari sana pemuda dapat menyimpulkan
bagaimana perbandingan prestasi dan pengalaman dari kedua pasangan tersebut
sehingga di hari pemilihan nanti tidak ragu menentukan pilihan dan tidak perlu
menyia-nyiakan hak suaranya.
Selanjutnya adalah mengetahui
visi-misi yang disampaikan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden
dengan seksama.
Hal ini tergolong mudah bagi pemuda
yang berprofesi sebagai akademisi, namun sebaliknya bagi kalangan
non-akademisi. Oleh sebab itulah peran aktif mahasiswa mensosialisasikan dan
menerangkan kepada teman-teman sebayanya yang kurang paham dibanding dirinya
sangat penting dalam mengawal demokrasi di Indonesia agar tidak dimasuki oleh
kegiatan-kegiatan black campaign, negative campaign, dan money politics oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab.
Pertimbangan berikutnya dan
merupakan yang paling utama bagi para pemilih pemula adalah mengkritisi program
kedua calon pasangan yang pro
terhadap kalangan pemuda dan para pemilih pemula.
Sebab, program pemerintahan yang
nantinya akan dilaksanakan menuntut kepedulian lebih terhadap pendidikan,
pertumbuhan, dan perkembangan kepemudaan Indonesia. Sehingga nantinya tercapai
cita-cita Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam
pembukaan, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa yang mencerminkan keunggulan pemuda-pelajar dalam bersaing dengan
pemuda-pemudi lain dari bangsa-bangsa lain di dunia internasional.
Pemuda masa kini adalah pemimpin di
masa mendatang
Pesta Demokrasi kali ini juga
merupakan pembelajaran bagi kalangan pemula untuk terlibat lebih jauh dalam
perpolitikan dalam negeri di kemudian hari. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “Pemuda masa kini adalah pemimpin di masa
mendatang.”
Sehingga kemudian Indonesia pun
kembali merasakan kehadiran sosok-sosok pemuda seperti Ir. Soekarno, Dr.
Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Prof. Amien Rais, Prof. Dr. B. J. Habibie, Anies
Baswedan, dan tokoh-tokoh pemuda terkemuka lainnya di sepanjang zaman Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar