Di
suatu pagi pada suatu hari aku terbangun dari tidur malam mimpi panjang
kehidupan. Sama seperti di hari-hari selainnya, aku kembali telat salat subuh.
Tetapi teman, aku masih tetap mendirikannya.
Langit di pagi itu
Di
pagi yang menjelang siang itu, aku mandi dan bersiap-siap melanjutkan
rutinitasku hari-hari seperti biasanya. Ceritaku tentang orang-orang disekitar
yang turut ambil bagian di dalam negeri ku.
Ini
tentang negeri ku teman, negeri yang menjadi dambaan setiap orang, negeri
dimana kemarau dan hujan saling bergantian menerangi dan meneduhkan sanubari
tiap-tiap insan.
Aku
memulai dengan kawanku,
Seorang
Ayah yang berprofesi sebagai buruh bagi bangsa lain tidak henti-henti
membanting tulang demi keluarganya, khususnya anaknya, agar kehidupannya kelak
menjadi lebih baik dibandingkan dirinya. Begitu pun sang Ibu yang menjadi ibu
rumah tangga yang terkadang menjadi pembantu rumah tangga keluarga orang lain
sebangsa yang membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Ayah sebagai buruh pabrik
Tapi
tunggu dulu teman, ini tentang negeri ku
Negeri
dimana orangtua membanting tulang memeras keringat demi kesejahteraan anaknya
kelak, menjadi negeri yang karut marut seolah neraka di tengah surga dunia.
Anaknya yang diharapkan menjadi generasi penerus bangsa malah harus tidak hadir
di bangku pendidikan, lebih memilih berkumpul bersama kawan-kawan lain dan
berbincang-bincang. Anak yang didambakan menjadi pemimpin bangsa menjadi
pemandu tawuran antar sekolah, dimana ayah-ibu –nya berkelahi dengan pekerjaan
demi kecerdasaan anak-anaknya.
Tawuran antar pelajar
Kemudian
teman,
Menteri
Pendidikan pun bingung bukan kepalang, pendidikan mahal orangtua menjerit sedangkan
pendidikan murah murid-murid berseliweran ke pusat-pusat permainan dan hiburan.
Lambang pendidikan di Indonesia
Tentang
masyarakat ku,
Aku
hidup ditengah-tengah masyarakat mayoritas yang ber-KTP kan islam, disusul
ber-identitas Nasrani, Hindu, dan Buddha. Masyarakat yang menjunjung tinggi
toleransi antar suku, agama, ras, dan antar-golongan memberikan warna
tersendiri bagi negeri ku. Aku melihat hanya di negeri ini masjid-gereja
berdampingan, aku merasa hanya negeri itu yang mampu mendampingkan candi hindu
dengan candi buddha dalam satu jalan.
Istiqlal - Katedral
Tetapi
teman,
Di
negeri ku itulah oknum-oknum menyebar luas mengatasnamakan kawan, keluarga,
agama, bahkan klub sepakbola. Beberapa dari mereka bersikap fanatik dan
bersifat agresif mempertahankan keyakinannya dan memaksakan keyakinan orang
lain agar sejalan dengan-nya.
Ilustrasi bentrok antar ormas
Dan
kemudian,
Menteri
Agama dibuat guncang karena-nya, negara berasaskan pancasila yang meresmikan
agama islam, nasrani, hindu, dan buddha dalam satu negara dengan Ketuhanan Yang
Maha Esa-nya menjadi bahan pembenaran tiap-tiap pelaku membuktikan Tuhan-nya
lah yang hanya satu.
Logo Depag
Tentang
bangsa ku,
Di
antara dua benua dan dua samudera teman, negara ku itu berada. Sebuah negara
dengan lebih dari tujuh ratus bangsa dan bahasa yang menjadi satu kesatuan.
Satu sama lain suku-bangsa ku itu saling tenggang rasa dan tepa salira.
Reog Ponorogo
Tetapi
teman,
Bangsa
ku adalah bangsa yang disegani budaya dan karakter-nya oleh bangsa-bangsa lain
di dunia. Banyak turis mancanegara singgah di negeri ku namun menunda
kepulangannya karena keramah tamahan dan sikap terbuka-nya. Tetapi teman,
bangsa ku belum sepenuhnya menjadi sebuah bangsa yang diidam-idamkan. Justru
bangsa ku itu bangga berperilaku dan bermolek khas bangsa-bangsa asing. “Bangsa
yang menjadi bangsa budak dan budak bangsa-bangsa lain”, Begitu kata Bapak
Bangsa ku.
Penonton bayaran di salah satu acara musik
Sehingga,
Menteri Luar Negeri dibuat geleng-geleng kepala. Dalam forum Internasional
(antar-bangsa) menteri itu memperkenalkan kekayaan intelektual bangsa, tetapi
di kehidupan sehari-hari bangsa-nya mempraktikkan kekayaan intelektual
bangsa-bangsa lain.
Logo Kemenlu
Sore
ini pun menjelang senja. setelah melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya; aku
kembali pulang ke rumah. Hari itu aku tutup dengan senyum merekah.
Langit senja
Begitulah teman, tentang kawan,
masyarakat, dan bangsa di negeri ku.
Termasuk
aku didalamnya yang turut ambil bagian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar